Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Manajemen Keselamatan dalam Pelayanan Vaksinasi di Puskesmas/Klinik

IHQN-Manado, Dalam seminar yang dibawakan oleh dr. Jemmy Lampus, MKes sebagai Kepala Dinas Provinsi Sulawesi Utara ini, beberapa hal yang disampaikan adalah tahapan serta penjelasan tentang imunisasi, strategi program imunisasi, tempat penyimpanan vaksin (coldchain), bagaimana pelayanan imunisasi yang aman sampai pada ketentuan masa pakai vaksin yang tepat. Imunisasi adalah salah satu upaya preventif yang dilakukan dan membutuhkan manajer yang handal untuk penyelenggaraan imunisasi, dalam imunisasi dikenal dengan istilah vaksin. Vaksin di Indonesia berasal dari biofarma yang berlokasi di Bandung kemudian disalurkan atau didistribusi di provinsi, kabupaten sampai ke puskesmas-puskesmas. Manajemen pelayanan vaksinisasi ini sebenarnya meliputi penggunaan alat suntik yang aman, mencegah tusukan jarum yang dan infeksi yang dapat menimbulkan luka sampai pada penanganan limbah dari sisa imunisasi ini sendiri. Setelah dilakukan vaksinasi, hal yang penting kita harus perhatikan adalah limbahnya sendiri. Ada beberapa cara pemusnahan limbah sisa imunisasi yang digunakan guna tak adanya pencemaran lingkungan, sehingga meminimalisir penyakit yang diakibatkan oleh limbah imunisasi tersebut.

Dalam sesi tanya jawab dibuka untuk dua orang penanya dengan pertanyaan pertama yaitu apakah distribusi atau penyaluran vaksin dapat sampai ke Rumah Sakit swasta atau dokter swasta mengingat banyak peserta BPJS yang mendaftarkan diri ke Rumah Sakit atau dokter swasta? Serta bagaimana mekanisme penanganan kekosongan vaksin rabies?, pertanyaan ini langsung dijawab oleh pembicara bahwa yang pertama penyaluran atau distribusi vaksin ke klinik atau dokter swasta dapat melalui puskesmas umum selain penyaluran langsung, vaksin apabila sangat diperlukan dapat mengambil ke puskesmas atau klinik umum lain dengan membuat berita acara dan jawaban atas pertanyaan selanjutnya adalah tentang vaksin rabies terbatas terjadi dikarenakan salah satunya pemberian vaksin pada indikasi yang salah, untuk itu diperlukan program sosialisasi pada puskesmas atau dokter-dokter untuk pemberian vaksin rabies sesuai indikasi yang tepat. selanjutnya, pertanyaan kedua dari seorang bapak yaitu berkaitan dengan struktur di Dinas Kesehatan Provinsi, bagaimana koordinasi terhadap dan antara dua kepala bidang berbeda yang menangani vaksinasi di puskesmas/Rumah sakit? Pertanyaan ini juga langsung dijawab oleh pembicara yakni pentingnya membangun komunikasi baik antar masing-masing bidang maupun dari rumah sakit ke bagian dinkes provinsi sehingga mencegah adanya kesalahpahaman dan implementasinya dapat berjalan dengan baik.

Reporter : Christania Paruntu