Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Jiwa: Pentingnya Evaluasi Berbasis Indikator
Kesehatan jiwa merupakan salah satu pilar utama dalam menjaga kualitas hidup, kesejahteraan sosial, dan produktivitas ekonomi. Namun, tantangan untuk memberikan layanan kesehatan jiwa yang benar-benar berkualitas masih menjadi tantangan besar, termasuk di negara-negara dengan sistem kesehatan yang sudah maju.
Kajian dalam International Journal of Environmental Research and Public Health oleh Samartzis dan Talias (2020) menekankan bahwa peningkatan kualitas layanan tidak dapat tercapai tanpa melakukan evaluasi yang terukur terlebih dahulu. Prinsipnya sederhana: apa yang tidak diukur, tidak dapat diperbaiki. Oleh karena itu, evaluasi untuk memastikan layanan yang diberikan benar-benar efektif, aman, dan sesuai kebutuhan pasien harus dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kajian ini merumuskan 8 indikator yang dapat menjadi panduan dalam menilai kualitas layanan kesehatan jiwa mulai dari kesesuaian layanan, aksesibilitas, penerimaan pasien, kompetensi tenaga kesehatan, efektivitas terapi, kontinuitas perawatan, efisiensi penggunaan sumber daya, serta keamanan pasien dan tenaga kesehatan. Setiap dimensi memiliki indikator khusus berupa structure indicators (jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas), process indicators (alur pelayanan dan jalannya prosedur), dan outcome indicators (tingkat perbaikan pasien dan kepuasan). Contoh kesesuaian layanan dapat dilihat dari apakah pasien menerima ketepatan perawatan sesuai kebutuhan. Aksesibilitas diukur melalui waktu tunggu dan ketersediaan layanan. Penerimaan pasien dilihat dari pemenuhan hak dan kepuasan pasien. Kompetensi tenaga kesehatan dapat dievaluasi dari partisipasi pelatihan berkelanjutan. Kesesuaian layanan dapat dilihat dari kesinambungan kinerja layanan antara rawat inap dan rawat jalan. Indikator keamanan dapat dilihat dari adanya perlindungan risiko pasien dari kekerasan, pelanggaran data, atau bahaya lain.
Penerapan indikator kualitas pelayanan kesehatan jiwa sangat penting karena dapat membantu mengidentifikasi kelemahan dalam sistem dan menentukan prioritas perbaikan. Contohnya, keterlambatan akses dapat memperburuk kondisi pasien terutama pada kasus krisis seperti risiko bunuh diri. Tingkat kepuasan pasien juga mempengaruhi kepatuhan terhadap terapi jangka panjang. Kontinuitas perawatan dapat mencegah fenomena “revolving door” (pasien berulang kali keluar-masuk rumah sakit). Melalui pemantauan indikator secara konsisten, rumah sakit dan klinik dapat melihat tren peningkatan atau kemunduran layanan dari tahun ke tahun sekaligus menyesuaikan strategi yang diperlukan.
Bagi praktisi kesehatan, pemanfaatan indikator kualitas dapat membuka peluang untuk merancang perencanaan berbasis bukti, memperkuat program pelatihan tenaga medis, dan membangun transparansi yang meningkatkan kepercayaan publik. Layanan kesehatan jiwa yang baik tidak hanya berkaitan dengan penambahan jumlah fasilitas atau tenaga medis tetapi juga memastikan bahwa setiap langkah dalam proses pelayanan benar-benar memberikan manfaat yang optimal bagi pasien. Melalui adopsi sistem evaluasi yang terstruktur, tenaga kesehatan dapat berkembang memberikan layanan yang lebih tepat, aman, efektif, dan berkelanjutan sekaligus memperkuat fondasi kesehatan jiwa masyarakat secara keseluruhan.
Disarikan oleh:
Nikita Widya Permata Sari, S. Gz., MPH
(Peneliti Divisi Manajemen Mutu PKMK)
Selengkapnya: https://www.mdpi.com/1660-4601/17/1/249