Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Profesionalisme SDM Kesehatan Terhadap Kualitas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)

Disarikan oleh: Widya Febriyanti, SKp, Ners.

art-25-2-1Beberapa hasil penelitian pada lembaga pelayanan kesehatan dilaporkan bahwa faktor utama untuk melaksanakan kebijakan kesehatan yang efektif di seluruh dunia adalah dengan adanya reformasi yang besar kaitannya dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Meskipun telah banyak instansi yang mengaplikasikan perkembangan kebijakan dan pedoman praktek klinis, tetapi pada tataran aplikasinya masih banyak instansi yang sumber daya manusia kesehatannya (SDMK) masih belum menerapkan arti sesungguhnya makna dari reformasi kesehatan. Hal yang menjadi fokus perhatian pada kapasitas pelayanan kesehatan beberapa tahun belakangan bertujuan untuk menjadikan pelayanan kesehatan menjadi lebih adekuat dan waktu pelayanan dapat lebih terukur. Kurangnya SDMK yang berkualitas merupakan faktor pembatasan utama dalam melaksanakan kebijakan dan reformasi kesehatan di negara berkembang. Salah satu tantangan utama adalah menjamin efektivitas dan ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan dari millennium kelima, yaitu dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi sebesar 75 % sampai dengan target tahun 2015 diperlukan kualitas SDMK yang kompeten dalam memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emerges secara komprehensif sehingga angka indikator kematian ibu dan bayi pada suatu negara dapat menurun.

Meskipun teknik klinis untuk memerangi kematian ibu dan morbiditas sangat terkenal, memilih strategi terbaik untuk menerapkan masih menjadi tantangan besar bagi negara-negara berkembang. Analisis historis menunjukkan bahwa penurunan tingkat kematian ibu terjadi akibat faktor teknis dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. Tidak ada strategi tunggal yang efektif secara signifikan untuk menurunkan tingkat kematian ibu. Hadirnya sistem pelayaanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) serta pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED) pada pelayanan kesehatan dasar, merupakan dua strategi yang beberapa tahun belakangan diterapkan untuk mengurangi anga kematian ibu. Namun tidak pula luput dari pentingnya strategi lain seperti mengurangi keterlambatan dalam menerima perawatan dan meningkatkan cakupan pelayanan.

Bahkan ketika beberapa strategi kombinasi terbaik pun telah teridentifikasi untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, masih banyak kendala yang masih belum dapat teratasi diantaranya adalah tidak memadainya sumber daya manusia (SDM) baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan akan bergantung pada kompetensi ketersediaan produktivitas dan daya tanggap profesional kesehatan.

Apa yang diketahui tentang peran SDMK dalam memberikan obstetrik Darurat berkualitas? serta bagaimana pengetahuan yang diterjemahkan ke dalam kebijakan kesehatan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, telah banyak kajian literatur yang membahas mengenai peran SDMK dalam peningkatan kualitas pelayanan obstetrik emergensi baik berupa bukti-bukti mengenai ketersediaan tenaga dan juga kesenjangan pengetahuan SDMK tersebut yang pada akhirnya bahasan tersebut dapat berguna untuk pengambilan suatu kebijakan kesehatan. Dalam kaitannya dengan konsep obstetrik emergensi maka dapat kita bagi menjadi tiga dimensi yaitu: struktur, proses dan hasil. Struktur meliputi material, sumber daya manusia, organisasi. Proses meliputi aspek teknis klinis dan perawatan interpesonal serta motivasi. Hasil mencakup indikator-indikator kesehatan ibu dan bayi baru lahir dan penilaian terhadap pengunaan pelayanan. Kerangka kerja inilah yang telah dimodifikasi dan disesuaikan untuk mendukung analisis dalam dimensi kualitas pelayanan obstetrik emergensi.

Struktur : Material

Sebagian besar intervensi yang terkait dengan obstetrik emergensi adalah antibiotik parenteral, kelahiran secara bedah secaria, kelahiran per vaginam, manual plasenta, kekurangan peralatan atau tidak adanya unit yang lengkap, pendelegasian pada tenaga kesehatan yang bertugas di lokasi perifer pun terbatas, dll.

Struktur : Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)

Pembahasan mengenai sumber daya manuasia yang dilihat adalah dari aspek ketersediaan, kualifikasi dan kompetensi. Kekurangan jumlah SDMK akan meningkatan beban kerja dan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan terhadap pasien, termasuk didalamnya terkait dengan profesional waktu tunggu dan pengendalian terhadap infeksi akan menjadi lebih sulit.

Profesi yang dimaksud dalam SDMK dalam pelayanan obstetri emergensi menurut referensi dari PBB adalah dokter, dokter spesialis kandungan, dokter sepesialis anastesi. Bidan dan perawat. Kualifikasi dari profesional SDMK ini menentukan kemampuan mereka untuk mendiagnosa dan menangani pasien secara memadai. Dengan demikian morbiditas ibu secara signifikan lebih baik didiagnosis dan diobati oleh dokter dan bidan daripada oleh perawat dan bidan tradisional. Kualifikasi SDMK juga mempengaruhi pengguna terhadap persepsi pelayanan yang berkualitas. Hal ini dilaporkan di Tanzania pada tahun 2003, dimana tingkat pemanfaatan puskesmas rendah dalam menangani kasus obstetrik darurat hal ini terjadi akibat sebagian persepsi pengguna terhadap buruknya kualitas pelayanan yang diakibatkan oleh dari kekurangnya tenaga profesional yang trampil.

Kualifikasi SDMK saja tidak menjamin kompetensi. Seperti yang ditunjukkan dalam keterampilan dan evaluasi tingkat pengetahuan di Benin, Ekuador, Jamaika dan Rwanda, profesional obstetrik emergensi hanya mencetak 50% pada keterampilan yang dibutuhkan. Pengetahuan dievaluasi dengan menggunakan pertanyaan pilihan ganda dan keterampilan dengan tes pada model anatomi. Beberapa alasan terjadinya kesenjangan antara tingkat pemahaman teoritis terhadap ketrampilan klinis diakibatkan oleh metode pelatihan yang kurang memadai, muatan praktek klinis yang kurang didukung oleh peralatan, ketidakmampuan untuk mendelegasikan tugas-tugas dan terlalu bervariasinya standar oprasional prosedur klinis sehingga tidak mudah dipahami oleh setiap SDMK yang bertugas. Para penulis menyarankan agar dapat menerapkan pelatihan keterampilan klinis yang berbasis pada clinical instructor, seperti yang pernah dicoba oleh beberapa tim. Pendekatan ini tidak hanya akan menjadi lebih efektif tetapi juga akan mengurangi waktu pelatihan.

Struktur : Organisasi

Beberapa studi yang dibahas dalam kaitannya dengan organisasi mengenai kebijakan manajemen SDMK dan pengaruhnya terhadap sikap staf, manajemen peralatan, sistem informasi dan mekanisme peningkatan kualitas kinerja. Studi ini menyimpulkan bahwa penguatan kemampuan manajerial akan membantu untuk lebih mengkoordinasikan perawatan pasien menjadi lebih optimal. Aspek-aspek organisasi seperti jasa pelayanan, sistem rujukan dapat menjadi bahsan penting didalam peningkatan program obstetrik emergensi menjadi lebih efektif.

Proses : Aspek Pelayanan Klinis

Ketidaklengkapan fasilitas penunjang seperti bank darah dan laboratorium akan mempengaruhi pelayanan inti dari obstetrik ginekologi. Termasuk juga salah satunya adalah ketidakklengkapan bahan emergsi esensial, sehingga pelayanan terhadap pasien menjadi tertunda disebabkan oleh karena keluarga harus membeli dan melengkapi bahan terapi tersebut. Memang beberapa intervensi obsterik emergensi akan sangat tergantung kepada tersediaan peralatan khusus seperti forceps, vacums dan tensiometers.

Penilaian pelayanan klinis dengan metode evaluasi keterampilan mandiri masih dianggap sulit dengan demikian penilaian pelayanan klinis secara multi disiplin dari staf-staf yang saling berhubungan, akan jauh lebih dan efektif digunakan sebagai metode untuk audit klinis. Oleh karena itu, sebagaimana terungkap dalam sebuah penelitian di Indonesia, audit klinis lebih informatif daripada angka kematian yang sederhana dibandingkan dengan hanya melihat pada angka-angka kematian yang tanpa dapat dianalisa secara rinci. Audit klinis dapat menjabarkan secara rinci infromasi-informasi tentang aspek mana yang harus diperbaiki dari pelayanan obsterik emergesi guna mencegah terjadinya kasus yang sama agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang pada instansi tersebut.

Proses : Perawatan Interpersonal

Aspek interpersonal proses obstetrik emergensi dinilai dari perspektif pengguna dengan menggunakan ques-tionnaires kepuasan pelanggan.

Proses : Motivasi SDMK

Motivasi tidak ditujukan sebagai pertanyaan yang sifatnya eksklusif dari sebuah penelitian, tapi tampaknya hal ini menjadi penting dalam kaitannya dengan perekruitan tenaga di pelayanan obstetrik emergensi sebelum SDMK tersebut masuk menjadi bagian dari tim pelayanan obsterik. Semangat yang tinggi dan orientasi terfokus terhadap kualitas pelayanan akan dapat meningkatkan akuntabilitas, kondisi kerja yang lebih baik serta perencanaan karir yang lebih matang serta peluang untuk mendapatkan insentif pun menjadi meningkat.

Dalam struktur dan dimensi hasil sebagian besar didokumentasikan sedangkan pada dimensi proses

Dari hal yang telah dijabarkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) kekurangan staf akan menjadi hambatan besar dalam menyediakan pelayanan obstetrik emergensi yang berkualitas, (2) wanita hamil yang melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan sering kali merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh SDMK yang kurang profesional pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, (3) teknik kualitas dari obstetrik emergensi masih harus diteliti lebih mendalam. Dari dua hal yang pertama dapat disimpulkan bahwa

Kesimpulan

SDMK merupakan komponen kunci dalam semua dimensi-keputusan pelayanan obstetrik emergensi dan menentukan kualitas pelayanan, pada khususnya dalam proses klinis. Beberapa kajian diatas telah membahas bahwa dampak negatif dari kekurangan staf dan ketidakseimbangan kualitas pelayanan akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan. Pengaturan klinis dan sikap staf klinis terhadap ketaatan standar operasional prosedur akan dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan. Kebijakan-kebijakan yang dibuat bertujuan untuk memperbaiki ketidakseimbangan kuantitatif serta memperbaiki dari aspek kualitatif dengan melakukan perubahan dalam kurikulum pre service ataupun kurikulum yang digunakan untuk peningkatan kapasitas SDMK. Kebijakan ini harus melibatkan secara penuh seluruh personil yang terlibat dalam tim obstetrik emergensi dan juga stakeholder terkait dari berbagai lintas sektoral. Dengan cara ini, kinerja dalam sistem pelayanan kesehatan akan sangat konkrit dapat ditingkatkan. Adanya perbaharuan pada sistem kebijakan SDMK dalam pelayanan obstetrik emergensi, akan meningkatkan pemahaman terhadap mekanisme produksi kualitas pelayanan sehingga dapat dengan sepenuhnya memberikan peran dan kontribusi yang signifikan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi dengan demikian tujuan dari point MDGs keempat dan kelima dapat tercapai.

Daftar Pustaka :

Dogba, Maman & Fournier, P. (2009). Human Resources and the quality of emergency obstetric care in developing countries : A systematic Review of the Literature.

Human Resources for Health