Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

Headline

Fasilitas kesehatan pada tingkat kabupaten merupakan tahap pertama dalam pelayanan kesehatan. Faskes pada tingkat ini idealnya tidak hanya menyediakan layanan kesehatan primer tetapi juga menyediakan layanan tingkat pertama rawat jalan dan rujukan untuk layanan spesialistik. Pelayanan kesehatan tingkat kabupaten juga berperan sebagai jaringan antara komunitas dan fasilitas tingkat kabupaten. Komponen inti dari input fasilitas kesehatan tingkat kabupaten mencakup training, supervisi, dan monitoring pekerja kesehatan dipusat kesehatan perifer serta mengelola sistem informasi kesehatan untuk perencanaan strategis dan monitoring sistem kesehatan kabupaten.

Secara luas, input ini dapat dibagi secara luas menjadi mekanisme pemerintahan dan akuntabilitas, kepemimpinan dan supervisi, pola finansial, dan sistem informasi. Review sistematis yang dilakukan oleh Salam (2014) memaparkan evaluasi efektivitas input di tingkat kabupaten untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Review sistematis ini dilakukan pada sebanyak 47 artikel review sistematis yang dipublikasi sebelum Mei 2013.

Bukti menyarankan bahwa supervisi secara positif berpengaruh pada paktek provider, pengetahuan, dan kepuasan klien/ provider. Keterlibatan pemimpin lokal untuk mempromosikan praktek berbasis bukti, meningkatkan kepatuhan pelayanan pasien. Mekanisme audit dan umpan balik dan telemedicine ditemukan terkait dengan peningkatan angka imunisasi dan pelaksanaan mammogram. Skema pembiayaan langsung seperti voucher maternal, pembebasan biaya dan asuransi kesehatan berbasis komunitas menunjukkan dampak signifikan pada pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penggunaan skema voucher menunjukkan dampak paling signifikan pada seluruh keluaran pelayanan termasuk antenatal care, petugas persalinan terlatih, persalinan difasilitas, persalinan komplikasi dan postnatal care.

Penelitian ini tidak menemukan bukti yang mendukung atau mematahkan penggunaan sistem rekam medis elektronik dan teknologi telemedicine untuk meningkatkan keluaran kesehatan maternal dan neonatal spesifik. Secara umum penelitian ini menunjukkan kurangnya bukti bahwa aspek input ditingkat kabupaten dapat meningkatkan keluaran kesehatan meternal dan neonatal. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengevaluasi dampak pengawasan dan monitoring, maupun intervensi berupa rekam medis eletronik dan telemedicine di negara low-middle-income.

Dirangkum oleh: Puti Aulia Rahma, drg., MPH
Referensi: Salam et al., Evidence from district level inputs to improvequality of care for maternal and newborn health:interventions and findings, Reproductive Health 2014, 11(Suppl 2):S3, http://www.reproductive-health-journal.com/content/11/S2/S3 

 

Sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi saat proses persalinan atau selama periode 24 jam setelah proses persalinan. Oleh karena itu, intervensi untuk menyelamatkan hidup ibu dan bayi baru lahir sangat penting dilakukan di fasilitas perawatan obstetrik darurat dasar atau komprehensif. Fasilitas kesehatan memberikan intervensi yang kompleks mencakup layanan gawat darurat, rujukan, perawatan paska pulang, manajemen jangka panjang pada kondisi kronis, dan disertai dengan pelatihan staf dan dukungan manajerial dan administratif. Kajian ini meninjau efektivitas input pada tingkat fasilitas dalam peningkatan outcome kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan fungsi layanan obstetri emergensi dasar dan komprehensif:

20apr1

Dengan pemberian intervensi esensial oleh layanan obstetri emergensi dasar dan komprehensif dengan cakupan lebih dari 90%, diperkirakan dapat menurunkan angka kematian neonatal sebanyak 70%. Dalam kajian ini, terdapat empat pembagian kategori intervensi yaitu: 1. Tenaga kerja yang berkinerja baik dan termotivasi (Well performing and motivated workforce), pelayanan interpersonal dan dukungan sosial (interpersonal care and social support), budaya keselamatan (safety culture), dan model kepegawaian (staffing models) yang terangkum dalam tabel dibawah ini:

20apr2

Studi ini mengidentifikasi 352 judul systematic review yang relevan, termasuk 32 review yang memenuhi syarat setelah evaluasi lebih lanjut. Terdapat dua belas review tentang tenaga kerja yang berkinerja baik dan termotivasi, lima review tentang dukungan sosial, sembilan review mengenai intervensi untuk promosi budaya keselamatan dan enam review pada model kepegawaian.

Pada tingkat fasilitas, temuan menunjukkan bahwa pelayanan dari tim kebidanan khusus dan dukungan sosial selama kehamilan dan persalinan telah menunjukkan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan outcome kesehatan pada ibu yang baru melahirkan. Di antara intervensi yang ditujukan untuk petugas layanan kesehatan, ditemukan bahwa pelatihan manajemen stres, pertemuan multidisiplin dan sesi umpan balik dapat mengurangi stres terkait pekerjaan dan meningkatkan kinerja. Hasil yang dilaporkan sangat bervariasi karena intervensi yang terlibat cukup kompleks. Intervensi pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan outcome kesehatan secara umum, meningkatkan kinerja tenaga kesehatan dan memberi manfaat bagi layanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Sebagian besar data dari kajian ini berasal dari negara dengan pendapatan tinggi, sehingga membatasi generalisasi dari hasil temuan ini. Meskipun kurangnya data dari negara berpendapatan menengah ke bawah, intervensi seperti dukungan selama kehamilan dan persalinan diharapkan bisa efektif pada semua kondisi. Kurangnya bukti dari negara pendapatan menengah ke bawah mungkin disebabkan oleh lemahnya infrastruktur sistem kesehatan yang ada.

Banyaknya intervensi termasuk dukungan selama kehamilan, peningkatan ketersediaan tenaga kerja, peningkatan kinerja tenaga kesehatan dan promosi budaya keselamatan diarahkan untuk peningkatan layanan Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONEK). Intervensi terhadap peningkatan motivasi staf terbukti dapat menghasilkan dukungan dan peningkatan mutu pelayanan selama kehamilan dan persalinan, sehingga menghasilkan pengalaman persalinan yang lebih baik. Demikian juga dengan penerapan pedoman standar untuk pelayanan ibu dan bayi baru lahir yang dapat memfasilitasi pendekatan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan layanan KIA. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya pengenalan audit klinis rutin. Hasil temuan pada intervensi untuk promosi budaya keselamatan di PONED dan PONEK adalah adanya pemenuhan kelengkapan seperti obat-obatan dan peralatan yang memadai untuk persalinan yang aman.

Dalam studi ini tidak ditemukan bukti yang memadai pada tingkat fasilitas dari negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah, dimana sebagian besar morbiditas dan kematian ibu dan bayi baru lahir terkonsentrasi. Pembuat kebijakan di negara dengan pendapatan menengah ke bawah harus menerapkan intervensi di tingkat fasilitas meliputi ketersediaan staf yang memadai dan terampil, beserta akses yang baik untuk peralatan dan obat-obatan di fasilitas PONED dan PONEK untuk memberi pelayanan ibu dan bayi baru lahir dengan tepat dan cepat. Hal ini dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Bukti lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi kombinasi strategi terbaik yang disesuaikan dengan kebutuhan implementasi.

Dirangkum oleh: dr. Novika Handayani
Referensi: Das et al. Evidence from facility level inputs to improve quality of care for maternal and newborn health: interventions and findingsReproductive Health 2014, 11(Suppl 2):S4
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4160922/ 

 

Sekitar 40 juta ibu melahirkan di rumah tanpa ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih terjadi setiap tahun. Hal ini mengakibatkan tingginya angka kematian dan morbiditas pada maternal, perinatal dan neonatal. Angka kematian neonatal penyebabnya multi faktor mulai dari aspek sosial ekonomi, status kesehatan wanita, kurangnya otoritas ekonomi dan pengambilan keputusan, minimnya pengetahuan tentang perawatan antenatal dan obstetrik, tidak mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan terlatih, system rujukan yang tidak memadai, kurangnya fasilitas transportasi, dan hubungan yang buruk antara fasilitas kesehatan dan masyarakat. Hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan universal coverage, namun terkendala karena kurangnya sumber daya professional terlatih di FKTP.

Di tingkat komunitas, kunjungan rumah, mobilisasi masyarakat, kelompok dukungan wanita dan pelatihan Community Health Workers (CHW) dan Traditional Birth Attendants (TBA) telah menunjukkan dampak maksimum pada berbagai hasil maternal newborn health (MNH). Pelatihan TBA masih kontroversial dalam kaitannya dengan global 'Safe Motherhood Initiative' karena tidak ada cukup data untuk menyediakan basis bukti yang diperlukan untuk membangun efektivitas pelatihan. Oleh karena itu evaluasi yang tepat secara metodologis dengan ukuran sampel yang memadai diperlukan untuk mengukur besarnya dampak pelatihan TBA pada kematian ibu dan bayi baru lahir.

Temuan-temuan dari ikhtisar ini memberi kesaksian bahwa peningkatan ketersediaan dan pelatihan pekerja kesehatan terampil termasuk TBA dan CHW untuk mengenali dan mengelola komplikasi obstetrik secara memadai dapat secara signifikan mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi terutama di rangkaian terbatas sumber daya di Asia dan Afrika di mana beban kematian ibu tertinggi ada dengan sumber daya terbatas untuk dimobilisasi. Tantangannya adalah memberi insentif pada program-program ini dan menghubungkannya dengan sistem kesehatan formal untuk meningkatkan retensi. Tantangan lain yang ada adalah variasi prasyarat, rekrutmen, pelatihan, pengawasan dan beban kerja berbagai kader pekerja masyarakat termasuk CHW, TBA dan bidan.

Ini menyiratkan bahwa dalam input tingkat masyarakat, tiga intervensi memiliki signifikansi yang tak tertandingi: pertama, CHW yang memberikan perawatan kesehatan primer, dapat memobilisasi anggota masyarakat dan menanamkan pengetahuan; kedua, pelatihan dan keterkaitan dengan TBA dapat memberikan perawatan prenatal dan obstetrik dasar, serta rujukan di mana tenaga terlatih tidak hadir; ketiga, kelompok dukungan masyarakat, terutama kelompok wanita, dapat memberdayakan masyarakat dan membantu dalam pemecahan masalah dan perencanaan untuk meningkatkan peluang bagi kesehatan wanita, serta perawatan untuk ibu dan bayi yang baru lahir.

Community Based Inputs (CBI) atau penyampaian berbasis masyarakat telah diakui secara luas sebagai strategi penting untuk menyampaikan intervensi terkait keselamatan ibu dan anak. Dibuktikan dengan meningkatnya berbagai cakupan, antara lain: imunisasi, terapi rehidrasi oral untuk diare, pengobatan tuberkulosis dan inisiatif keluarga berencana. Intervensi yang disampaikan di tingkat komunitas tidak hanya diadvokasi untuk meningkatkan akses dan cakupan intervensi tetapi juga untuk mengurangi kesenjangan yang ada dan mencapai kesulitan untuk dijangkau.

Lassi et al. Reproductive Health (2014) telah meninjau efektivitas perawatan yang disampaikan melalui CBI untuk meningkatkan hasil kesehatan ibu yang baru lahir (MNH). Intervensi dikelompokkan ke dalam empat kategori:

  1. Layanan penjangkauan (termasuk kunjungan ke rumah dan rujukan)
    Kegiatan dilakukan untuk melengkapi perawatan berbasis fasilitas dan mempromosiakan akses universal. Fokus pada negara-negata berpenghasilan menengah (LMICS), mencakup layanan antenatal (ANC), kelahiran oleh tenaga terampil dan Postnatal Care (PNC) awal. Manfaat utama dari program ini adalah membawa layanan ke populasi terpencil di rumah mereka sendiri dan memungkinkan penyedia layanan untuk memberikan layanan perawatan kesehatan.
  2. Pengalihan tugas
    Petugas kesehatan terampil dan semi terampil memainkan peran utama dalam pemberian layanan MNH. Petugas kesehatan masyarakat (CHW) dan dukun bayi tradisional (TBA) dianggap pekerja semi-terampil, sementara pekerja kesehatan tingkat menengah atau mid-level health workers (MLHW) seperti perawat, bidan, asosiasi dokter, asisten medis dan perawat pembantu adalah pekerja terampil yang disertifikasi untuk pekerjaan mereka.

    Penyediaan layanan kesehatan melalui pekerja perawatan kesehatan terampil dan semi terampil telah dilakukan di kedua negara berpenghasilan tinggi atau High-Income Countries (HIC) dan LMIC di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir. Bukti menunjukkan bahwa mereka dapat berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan kesehatan populasi. Baru-baru ini, karena krisis sumber daya manusia yang berkembang terutama di LMIC, pengalihan tugas telah muncul untuk memperluas layanan kepada kelompok-kelompok yang sulit dijangkau dengan menggantikan profesional kesehatan untuk berbagai tugas.

    Negara-negara di Asia Selatan dan Afrika telah melakukan upaya khusus dalam beberapa tahun terakhir untuk mengurangi angka kematian dan morbiditas ibu dan bayi melalui penyebaran CHW. Peran bidan dan TBA dalam memberikan layanan MNH juga telah mendapat perhatian yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan sejumlah publikasi telah menggambarkan peran mereka dan mendokumentasikan dampak dari program tersebut. Sekitar 90% dari semua kematian ibu dan 80% kelahiran bayi terjadi di negara-negara yang kekurangan tenaga kesehatan terlatih. Meskipun ketidakseimbangan antara keterampilan tetap ada, praktisi tingkat lanjut, bidan, perawat dan pembantu masih belum cukup digunakan di banyak tempat. Banyak LMIC semakin menghadapi kesulitan dalam memproduksi, merekrut dan mempertahankan profesional kesehatan karena mereka cenderung bermigrasi ke negara-negara kaya karena gaji rendah, kondisi kerja yang buruk, kurangnya pengawasan, moral rendah dan motivasi dan kurangnya infrastruktur. Untuk mengatasi kegagalan menyediakan perempuan melahirkan dengan kehadiran yang terampil, negara-negara miskin sekarang berinvestasi pada pelatihan MLHW untuk setidaknya memberi mereka semacam bantuan. Di negara-negara seperti Malawi, Bangladesh, Pakistan dan Guatemala, TBA telah dievaluasi untuk meningkatkan hasil MNH dan telah menunjukkan beberapa potensi dalam mengurangi praktik berbahaya selama persalinan dan persalinan dan meningkatkan hasil MNH .
  3. Latihan
    Kursus-kursus mencakup pendekatan singkat dan terstruktur untuk melengkapi pekerja awam dengan alat penyelamat seperti Dukungan Hidup Baru Lahir (NLS), Program Resusitasi Neonatal (NRP) dan Perawatan Bayi Baru Lahir Esensial (ENC) tetapi mungkin bervariasi dalam hal asal, lingkup dan target audiens. Selain pelatihan tambahan bagi pekerja outreach, pelatihan sumber daya manusia juga mencakup konferensi, ceramah, lokakarya, edukasi kelompok, seminar dan simposium.
  4. Pembentukan kelompok-kelompok pendukung untuk mobilisasi masyarakat.
    Setelah Deklarasi Alma-Ata, diakui bahwa partisipasi masyarakat penting untuk penyediaan layanan kesehatan lokal dan untuk memberikan intervensi di tingkat komunitas. Kelompok dukungan masyarakat dan kelompok wanita kini semakin menjadi komponen inti dari paket layanan masyarakat untuk promosi kesehatan. Tujuannya adalah untuk memungkinkan masyarakat memberikan dukungan kepada wanita hamil dan keluarga selama kehamilan dan persalinan. Masyarakat didorong untuk mengidentifikasi hambatan utama untuk perawatan dan memilih intervensi yang paling tepat untuk situasi mereka. Mobilisasi masyarakat juga membantu mendidik tentang layanan yang tersedia, identifikasi tanda-tanda bahaya selama kehamilan, dan pentingnya mencari perawatan dari petugas layanan kesehatan terampil selama obstetri dan darurat. Berbagai pesan promosi, perawatan berkualitas dan peningkatan cakupan untuk MNH dapat disampaikan melalui pekerja komunitas dan kelompok wanita.

Bukti saat ini menekankan bahwa strategi berbasis masyarakat efektif untuk memberikan berbagai intervensi preventif dan promotif dalam upaya meningkatkan kualitas perawatan pada MNH dan banyak dari intervensi ini memiliki potensi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu, perinatal dan neonatal. Sekarang ada kebutuhan untuk menerapkannya pada skala yang lebih besar di seluruh LMIC. Intervensi ini ada dalam sistem kesehatan saat ini di sebagian besar LMIC sehingga diperlukan kebijakan untuk mengintegrasikan dan mempertahankan berbagai pengalihan tugas dan intervensi pelatihan dengan program kesehatan ibu dalam sistem kesehatan. Semua pemangku kepentingan termasuk pemerintah, masyarakat dan donor perlu bekerja bersama untuk membentuk kebijakan ini dan mengembangkan model perawatan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan populasi mereka sendiri. Program-program ini tidak menggantikan sistem kesehatan formal, tetapi menyediakan saluran untuk menjangkau daerah-daerah yang jauh dengan pengetahuan, komoditas dan keterampilan, sehingga berusaha mengurangi ketimpangan yang ada dalam akses dan pemanfaatan layanan kesehatan.

Sumber : Lassi et al. Reproductive Health 2014, 11(Suppl 2):S2
http://www.reproductive-health-journal.com/content/11/S2/S2 
Penulis: Eva Tirtabayu Hasri S.Kep, MPH

 

Saat ini Kesehatan ibu dan Anak masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di Indonesia. Angka kematian ibu yang masih tinggi pada 305/100.000 kelahiran dan angka kematian bayi 32 /1.000 pada tahun 2015 menjadikan Indonesia gagal mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals /MDGs)4. Kesenjangan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak masih dapat dirasakan terutama untuk wilayah di luar pulau jawa, Padahal kedepan kita dihadapkan pada target SDG’s 2030 yang lebih ambisius.

Yang terpenting dalam kualitas perawatan rumah sakit yang diberikan kepada ibu dan bayi yang baru lahir dapat dicapai melalui proses penilaian yang berbasis aksi dan partisipatif dan pengkajian ulang berbasis standar. beberapa cara dilakukan termasuk penggunaan tools untuk Penilaian Kualitas Perawatan Rumah Sakit untuk Ibu dan Bayi yang baru lahir ditujukan untuk membantu manajer rumah sakit dan profesional kesehatan di tingkat fasilitas dan pembuat kebijakan di tingkat nasional untuk mengidentifikasi perawatan di bidang obstetri dan neonatal yang perlu ditingkatkan dan untuk mengembangkan rencana tindakan untuk menerapkan perubahan.

Tools yang digunakan untuk melakukan penilaian berdasarkan pada pedoman WHO dan pengalaman sebelumnya dilakukan secara global untuk perawatan anak. Semua aspek utama perawatan, termasuk infrastruktur, peralatan dan layanan pendukung, keamanan dan efektivitas manajemen kasus dan hak untuk informasi, privasi, dan perawatan holistik untuk ibu dan bayi digunakan. Berikut dibawah ini beberapa detail penilaian yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi:

No Fokus Area Pelayanan Aksi Peningkatan Layanan yang Dilakukan
1 Catatan statistik Secara periodik melakukan audit terhadap indikator pelayanan yang ada
Melakukan audit kematian ibu bekerja sama dengan kabupaten di rumah sakit
Peningkatan isi dan kelengkapan catatan medis
Pengenalan sistem informasi berbasis komputer
2 Persediaan obat Peningkatan ketersediaan obat-obatan esensial
3 Peralatan Peningkatan ketersediaan perlengkapan untuk pelayanan bayi
4 Laboratorium Peningkatan peralatan dan reagen laboratorium
5 Infarastruktur Peningkatan ketersediaan air panas, toilet, kamar mandi, ,meningkatan sistem pemanas
6 Bangsal Buruh Meningkatkan privasi, sumber pemanasan yang memadai untuk bayi yang baru lahir dan meningkatkan secara keseluruhan lay out dari tenaga kerja dan ruang bersalin
7 Bangsal neonatal Peningkatan peralatan di NICU (CPAP, inkubator)
8 Kelahiran normal

Peningkatan pilihan dalam persalinan ditawarkan, lebih sedikit penggunaan enema, Partogram digunakan untuk pengambilan keputusan, Manajemen aktif dari tahap 3 persalinan.

Perluasan peran Bidan selama bekerja dan persalinan, Peningkatan pemantauan janin Dan Pelatihan staf di EPC

9 Sectio secarean

Revisi indikasi yang tidak tepat,

Peningkatan penilaian Kehilangan darah

10 Komplikasi Obstetri

Peningkatan penggunaan oksitosin,

Mengurangi polifarmasi, protokol tentang penggunaan Magnesium sulfat yang benar

Revisi protokol untuk hipertensi, Revisi protokol untuk komplikasi kebidanan, Peningkatan pemantauan preeklamsia, Pelatihan ahli anestesi dalam manajemen kasu hipertensi berat

Pelayanan neonatal Peningkatan kontrol termal, Peningkatan penggunaan skor Apgar, Peningkatan promosi pemberian ASI, Peningkatan resusitasi neonatal, Ibu lebih terlibat dalam perawatan neonatal, Melatih lebih banyak staf dalam perawatan perinatal yang efektif
Komplikasi neonatal Memonitor grafik dari bayi yang baru lahir diterima di NICU diisi, Perhitungan kebutuhan makan, Ibu dilibatkan dalam perawatan untuk bayi yang baru lahir sakit
Pelayaan emergency kebidanan

Meningkatkan privasi ibu di ruang gawat darurat kebidanan.

Protokol dikembangkan untuk meningkatkan kerja tim dan Protokol untuk profilaksis tromboemboli

Kontrol infeksi Tidak ada pemeriksaan vagina pada membran ketuban pecah dini, Fasilitas untuk mencuci tangan ditingkatkan dan Revisi protokol antibiotik profilaksis
Monitoring Peningkatan pemantauan tanda-tanda vital untuk bayi yang baru lahir sakit dan Peningkatan pemantauan dan perekaman untuk ibu
Panduan Pengembangan protokol lokal berdasarkan standar WHO
Audit Audit kematian ibu diperkenalkan dan Audit nyaris meninggal dan kematian perinatal diperkenalkan
Akses dan rujukan Penilaian dilakukan di rumah sakit kabupaten di daerah tangkapan
Keramahan dalam layanan ibu dan anak Meningkatkan Informasi yang diberikan kepada ibu saat masuk, selama tinggal di rumah sakit dan saat pulang dan memberikan izin yang akan menemani pasien saat di ruang bersalin dan memberikan kesemapatn untuk menemani saat setelah operasi caesar

Demikian di atas merupakan proses partisipatif yang mampu membangun kesadaran untuk melihat kesenjangan yang ada dan yang paling penting adalah motivasi untuk melakukan perubahan di antara para manajer rumah sakit dan staf kunci. Proses penilaian, selain mempromosikan perubahan dalam fasilitas kesehatan, manajer rumah sakit diminta melakukan tindakan otoritas kesehatan baik secara lokal dan nasional untuk memastikan masalah sistemik, seperti kurangnya komoditas khusus dapat ditangani. Perbedaan antar rumah sakit dapat dikaitkan dengan berbagai tingkat komitmen dan kepemimpinan. Bahkan, kepemimpinan yang efektif merupakan otoritatif dukungan bagi mereka yang ingin mempromosikan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi.

Penulis : Andriani Yulianti, SE., MPH.
Referensi : Tamburlini et al. Improving the Quality of Maternal and Neonatal Care: the
Role of Standard Based Participatory Assessments. Plos One. October 2013 | Volume 8 | Issue 10 | e78282