Learn, Connect, Growth | Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia

agenda

Memasuki hari kedua dalam Forum Mutu IHQN pada tanggal 22 September 2016 masih ada bebrapa materi yang sangat menarik untuk diikuti baik pada sesi diskusi panel maupun sesi Keynote speaker. Pada sesi pagi hari ini ada tiga pembicara dalam satu panel diskusi. Pembicara pertama adalah dr. Jemmy Lampus, Mkes. Saat ini beliau menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. Tema yang disampaikan adalah Kebijakan Pemenuhan Mutu Pelayanan Kesehatan.

Dalam presentasi beliau memaparkan mengenai tantangan pembangunan bidang kesehatan setelah selesainya MDGs masih perlu dukungan dari tenaga kesehatan. Status ekonomi dan perbaikan status gizi menjadi perhatian khusus di Sulawesi Utara. Tahun 2016 dari MDGs beganti menjadi SDGs, yang menjadi fokus di Sulawei Utara adalah target 3 yaitu Kesehatan Yang Baik. Program kesehatan yang dilakukan terkait dengan target 3 yaitu penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi (HIV/AIDS, TB dan Malaria) serta pencegahan dan penanganan Penyakit Tidak Menular. Program yang direncanakan dan dilaksanakan di Dinas Keshatan Sulawesi Utara harus sejalan dengan program Indonesia Sehat.

Strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan regionalisasi rujukan yang terstruktur merupakan target yang dibuat oleh dr. Jemmy untuk meningkatkan angka kesehatan di Sulawei Utara. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan primer juga menjadi penting karena program promotif dan preventif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas bisa membantu dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian. Puskesmas yang berada di Sulawesi Utara diharuskan sudah terakreditasi. Dengan puskesmas yang sudah terakreditasi diharapkan pelayanan di UKP dan UKM menjadi lebih baik lagi.

Kesimpulan yang dipaprkan oleh dr. Jemmy yaitu pada peran Puskesmas sebagai pelayananan kesehatan primer yang melaksanakan program promotif dan preventif secara bekualitas. Koordinasi harus juga dilakukan lintas sektor antara Puskesmas dan Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota. Angka keehatan akan naik dengan pelayanan yang berkualitas.

Reporter : Elisa Sulistyaningrum, MPH

 

bmk

International Forum on Quality & Safety in Healthcare telah berlangsung di Singapura, 26-28 September 2016, bertempat di Suntec Singapore Convention and Exhibition Centre. Dengan tema "Engage, Energise, Evolve", International Forum ini diselenggarakan oleh IHI (Institute of Healthcare Improvement) bekerjasama dengan BMJ (British Medical Journal), dengan sponsor AIG dan Medtronic. Enam pembicara pakar internasional di bidangnya tampil dalam international forum ini, dilengkapi dengan lima streams pada tahun ini, yaitu:

  • Quality, cost and value
  • Population and public health
  • Building capability and leadership
  • Safety
  • Person and Family Centred Care

Secara keseluruhan, international forum ini menyajikan 30 sesi paralel, lebih dari 325 poster projek peningkatan mutu di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, dan diikuti oleh sekitar 1250 peserta konperensi yang berasal dai 35 negara. Dukungan teknologi sangat terasa dalam penyelenggaraan konperensi ini. Selain didukung dengan berbagai fitur App khusus meliputi jadwal, pembicara, aktivitas, penyaji poster, dokumen materi presentasi, evaluasi sesi, acara international forum ini juga dapat diikuti melalui twitter @QualityForum dan #quality2016, YouTube melalui www.youtube.com/QualitySafetyForum. Kegiatan networking pun didesain khusus dengan tersedianya area untuk networking bagi para peserta-pembicara.

Reportase ini disusun oleh Adi Utarini, dan partisipasi dalam kegiatan ini didanai oleh Fakultas Kedokteran UGM.

Reportase Hari 1


Opening Address: Dr. Gan Kim Yong, Ministry of Health, Singapura

  Pembicara Keynote 1:

Continuous Improvement: Lessons for Healthcare from Formula 1
Adam Hill (Chief Medical Officer, McLaren Applied Technologies)

  Pembicara Keynote 2:

Smart Nation
Benjamin Ong (Director of Medical Services, Ministry of Health, Singapore)

Sesi Paralel A4: The Art and Science of Compliance to Checklists

  • Way beyond checklists-integration of aviation risk management techniques into medicine, oleh Simon Knight, Obgy resident, Frankston Hospital, Women's health unit, Melbourne, Australia
  • The art and science of achieving compliance in doctors-our experience in closed loop communication of critical results and correct site surgery checklists, oleh Sophia Ang Bee Leng, Senior consultant, Anesthesia, Vice Chairman Medical Board Patient Safety and Operations; Part time senior consultant, Ministry of Health, Singapore

Sesi Paralel B5: Quality of care of mothers and newborns: Getting to right care, avoiding underusage and overusage of care

Deputy Director, Residential care office, Agency for Integrated care, Singapore

C4: Leadership for Quality
Jason Leitch, National Clinical Director, Healthcare Quality and Strategy, Scottish Government

  Pembicara Keynote 3:

Red beads: The Foundations of Modern Improvement
Donald M. Berwick
President Emeritus and Senior Fellow, Institute for Healthcare Improvement
Former Administrator, Centers for Medicare and Medicaid Service

 

 

 

 

IHQN-Manado, Dalam seminar yang dibawakan oleh dr. Jemmy Lampus, MKes sebagai Kepala Dinas Provinsi Sulawesi Utara ini, beberapa hal yang disampaikan adalah tahapan serta penjelasan tentang imunisasi, strategi program imunisasi, tempat penyimpanan vaksin (coldchain), bagaimana pelayanan imunisasi yang aman sampai pada ketentuan masa pakai vaksin yang tepat. Imunisasi adalah salah satu upaya preventif yang dilakukan dan membutuhkan manajer yang handal untuk penyelenggaraan imunisasi, dalam imunisasi dikenal dengan istilah vaksin. Vaksin di Indonesia berasal dari biofarma yang berlokasi di Bandung kemudian disalurkan atau didistribusi di provinsi, kabupaten sampai ke puskesmas-puskesmas. Manajemen pelayanan vaksinisasi ini sebenarnya meliputi penggunaan alat suntik yang aman, mencegah tusukan jarum yang dan infeksi yang dapat menimbulkan luka sampai pada penanganan limbah dari sisa imunisasi ini sendiri. Setelah dilakukan vaksinasi, hal yang penting kita harus perhatikan adalah limbahnya sendiri. Ada beberapa cara pemusnahan limbah sisa imunisasi yang digunakan guna tak adanya pencemaran lingkungan, sehingga meminimalisir penyakit yang diakibatkan oleh limbah imunisasi tersebut.

Dalam sesi tanya jawab dibuka untuk dua orang penanya dengan pertanyaan pertama yaitu apakah distribusi atau penyaluran vaksin dapat sampai ke Rumah Sakit swasta atau dokter swasta mengingat banyak peserta BPJS yang mendaftarkan diri ke Rumah Sakit atau dokter swasta? Serta bagaimana mekanisme penanganan kekosongan vaksin rabies?, pertanyaan ini langsung dijawab oleh pembicara bahwa yang pertama penyaluran atau distribusi vaksin ke klinik atau dokter swasta dapat melalui puskesmas umum selain penyaluran langsung, vaksin apabila sangat diperlukan dapat mengambil ke puskesmas atau klinik umum lain dengan membuat berita acara dan jawaban atas pertanyaan selanjutnya adalah tentang vaksin rabies terbatas terjadi dikarenakan salah satunya pemberian vaksin pada indikasi yang salah, untuk itu diperlukan program sosialisasi pada puskesmas atau dokter-dokter untuk pemberian vaksin rabies sesuai indikasi yang tepat. selanjutnya, pertanyaan kedua dari seorang bapak yaitu berkaitan dengan struktur di Dinas Kesehatan Provinsi, bagaimana koordinasi terhadap dan antara dua kepala bidang berbeda yang menangani vaksinasi di puskesmas/Rumah sakit? Pertanyaan ini juga langsung dijawab oleh pembicara yakni pentingnya membangun komunikasi baik antar masing-masing bidang maupun dari rumah sakit ke bagian dinkes provinsi sehingga mencegah adanya kesalahpahaman dan implementasinya dapat berjalan dengan baik.

Reporter : Christania Paruntu

 

 

maxiIHQN – MANADO. Jaminan Kesehatan Nasional menjamin pelayanan kesehatan secara menyeluruh, peningkatan kesehatan, pencegahan sakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan termasuk obat-obatan dan bahan medis habis pakai. Penulisan resep dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional menggunakan acuan, yaitu daftar obat Formularium Nasional atau disingkat Fornas yang disusun berdasarkan bukti ilmiah mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Fornas. RSUP Dr. R. D. Kandou Manado merupakan salah satu dari 3 rumah sakit di wilayah Indonesia Timur yang menjadi rumah sakit rujukan nasional. Sebagai salah satu rumah sakit rujukan nasional di era Jaminan Kesehatan Nasional dengan sistem pembayaran sesuai tarif INA-CBGs, RSUP Dr. R. D. Kandou telah memiliki pelayanan operasi jantung terpadu, pelayanan endoscopy, pusat pelayanan kanker terpadu dan mulai mengembangkan pelayanan untuk transplantasi ginjal. Di samping memberikan pelayanan di bidang pengobatan dan perawatan, pihak RSUP Dr. R. D. Kandou juga mengembangkan promosi kesehatan baik secara internal maupun eksternal rumah sakit oleh dokter-dokter spesialis.

Pada sesi ini, dr. Maxi Rein Rondonuwu DHSM. MARS menjelaskan salah satu permasalahan di era Jaminan Kesehatan Nasional yang hingga kini masih belum teratasi yaitu mutu rumah sakit yang sering tak sejalan dengan kebijakan BPJS. Potret permasalahan yang diangkat yaitu pelayanan sistem rujukan, perbedaan signifikan tarif paket INA CBGs dan rumah sakit, pelayanan klaim program JKN di RSUP Dr. R. D. Kandou Manado, serta berkas pasien PBJS yang masih pending yang pada Juni 2016 mencapai angka 12.209.835.045 klaim. Kebijakan dari BPJS terkadang justru mempersulit pihak rumah sakit sehingga menambah beban subsidi yang dikeluarkan. Misalnya pada kasus di mana pasien rujukan dari faskes 1 melalui UGD dalam keadaan sakit berat, meninggal <8 jam, penggunaan fasilitas rumah sakit dan biaya besar, namun diklaim menjadi pasien rawat jalan oleh BPJS. Sehingga menyebabkan biaya subsidi rumah sakit cenderung membengkak.

Kebijakan dan peraturan BPJS sangat berpengaruh dalam peningkatan mutu dan kestabilan pelayanan peserta BPJS. Di era JKN, upaya peningkatan mutu pelayanan di RSUP Dr. R. D. Kandou harus sejalan dengan kebijakan dan implementasi program yang efisien seperti penggunaan clinical pathway, termasuk penggunaan obat yang rasional dan sesuai dengan Fornas. Selain itu, upaya peningkatan mutu rumah sakit juga dilakukan melalui program peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta kegiatan teknis pengawasan mutu pelayanan medis. Penjelasan mengenai upaya pengingkatan mutu ini, memunculkan sebuah pertanyaan menarik, yang tidak hanya menitiberatkan perbedaan mutu pelayanan dan kebijakan BPJS tetapi juga upaya peningkatan mutu yang di lakukan dalam hal keadaan fisik serta suasana lingkungan rumah sakit. "Apakah Green Hosiptal sudah dilaksanakan di RS Kandou?" demikian pertanyaan singkat dari Pak Audi, perwakilan dari Rumah Sakit dan Klinik Trinita. Menjawab pertanyaan ini, dr Maxi menjelaskan bahwa ada dua pengertian Green Hospital. Untuk pengertian sederhananya, pihak RSUP Dr. R. D. Kandou sudah melakukan tindakan penghijauan dan kerja bakti setiap hari rabu, pemisahan dan pemilahan sampah, serta pengadaan taman. Sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, seperti penggunaan AC, lampu dan sebagainya, masih dalam tahap persiapan untuk penerapannya. Pada dasarnya, pihak RSUP Dr. R. D. Kandou sudah mengupayakan meningkatkan mutu pelayanan di berbagai aspek demi tercapainya kepuasan pelanggan terhadap pelayanan rumah sakit.

Reporter: Gita Leoni Sabanari